Sunday, May 19, 2013

Pantherku di Beli Orang

Panther ini memang sering ditaksir .Bahkan sekitar 2 tahun lalu ada orang yang baru kenal menawar Rp. 60 juta.Ada juga kawan yang Branch Manager di salah satu bank asing beberapa tahun lalu meski dengan "melecehkan",menawar Rp. 25 juta.Namun,anehnya dua bulan lalu,orang yang sama,menawar Rp. 57,5 juta. Saat service rutin di sebuah bengkel belum lama ini,sang pemilik bengkel berujar "mbok beri kesempatan orang lain nglungsur *) panthermu".Waktu itu saya masih bilang,"pantherku ini istimewa,dan ini mobil pertama dari saat aku bisa stir mobil tahun 1980" Sang pemilik bengkel sosok yang religius cuma bilang "kalau Tuhan berkehendak,panthermu akan berpindah pemilik" Setelah bersama 2003-2013,Panther Hi Grade yang selama ini berjuang bersama kami,akhirnya mengakhiri masa tugas,karena tanggal 15 mei 2013 dibeli orang. *)nglungsur : gantian

Friday, May 10, 2013

Andaikan Uangku Sebanyak Milik Gayus

Harian Suara Merdeka tanggal 10 Mei 2013 Saat bertandang di rumah kawan, di tumpukkan koran lama tertanggal 9 Desember 2010, ada berita yang spektakuler. "Gayus Simpan Rp 7 M di Rumah ". Demikian head line berita di harian itu. Berita selanjutnya disebutkan bahwa total uang sebenarnya Rp 35 miliar, karena selebihnya disimpan di rekening beberapa bank. Tersentak dan terhenyak membayangkan tumpukan 7 miliar di dalam rumah. Meski berujud uang kertas asing berapa almari yang dibutuhkan? Saya tak yakin apakah ada pengusaha besar atau bahkan konglomerat yang memiliki uang tunai sebesar itu di rumah. Un-tuk rumah pengusaha biasanya adanya inventory/stock, piutang, daftar gaji karyawan, dan utang. Uang tunai miliaran mana ada? Andaikan saya seorang bankir dan bisa menyisihkan uang Rp 35 miliar, berarti nilai aset bank saya cukup besar. Peritungan awam: Ada ketentuan giro wajib minimum/GWM/ reserve requirement/cash ratio yang ditentukan oleh Bank Indonesia untuk perbankan atas dana masyarakat yang dihimpun. Misal ketentuan GWM valuta asing dianggap sama dengan GWM rupiah adalah 5 persen dari total dana pihak ketiga/dana masyarakat. Dengan total dana kas di rekening BI berjumlah setara Rp 35 miliar, bank saya telah mampu menghimpun dana pihak ketiga/DPK (dana masyarakat) ekuivalen Rp 700 miliar(100%). Andaikan dari total DPK sebesar Rp 500 miliar atau 70%-nya disalurkan dalam bentuk Kredit Usaha Menengah dan Kecil/UKM dengan rata-rata nilai kredit Rp 50 juta/debitur, maka bank devisa kecil milik saya beserta cabang-cabangnya siap menarget para account officer untuk menyalurkan kredit ke 10.000 pengusaha UKM. Bisa dibayangkan multiplier effect yang terjadi, karena kredit tersebut akan menggerakkan perekonomian secara lintas sektor dan melibatkan banyak tenaga produktif kreatif untuk saling menafkahi. Sebagai penggiat usaha di bidang industri kreatif sulam-rajut yang bersifat orientasi pekerja, saya akan menggunakan uang Rp 35 miliar untuk mengembangkan usaha. Mengadakan pameran bertubi-tubi, sekaligus menjadi marketing officer agar para perajin terus rutin dapat pekerjaan. Akan menyewa stand sulam-rajut di pekan produk kreatif Indonesia yang setiap tahun digelar di Jakarta Convention Centre, sekaligus melibatkan EO untuk menata stand saya agar tampil elegan, berapa pun biayanya. Akan ikut mengisi pavilliun Indonesia di ajang dunia sekaliber Expo 2010 Shanghai, China, dan terlibat di pameran kelas dunia pilihan. Jadi saya keluar negeri bukan untuk foya-foya dan konsumtif, tetapi untuk tujuan produktif menembus pasar dunia. Sebagian lagi untuk modal kerja. Mengembangkan usaha secara bertahap dengan menambah persediaan bahan baku, bahan setengah jadi, hingga bahan jadi. Sebagian lagi, juga secara bertahap, untuk membeli sarana penunjang, antara lain berupa sejumlah tempat untuk workshop hingga galeri dan showroom di area yang sudah disurvey layak. Dengan didu-kung dana sebesar itu, bisa dibayangkan betapa solid posisi tawar saya. Belum lagi kreditur akan mengantre mengajak bekerja sama memutar uang. Menyerap tenaga kerja untuk menjadi tenaga terampil produktif, angka 10.000-an menjadi biasa. Dengan standar penghasilan layak untuk hidup sejahtera bersama keluarga tanpa potongan, tanpa repot membuat moratorium pengiriman TKl, pasti tak ada lagi yang tergiur gaji selangit menjadi TKI di luar negeri. Sebagai wajib pajak yang taat pajak, pasti tetap jauh lebih bijak dari Gayus Tambunan. Karena pajak yang dibayar kepada negara pun pasti jauh lebih besar. Produk kami tak lagi sebatas go nasional namun sudah international. Dengan omset sebesar itu, industri yang berorientasi tenaga kerja, produknya sarat kearifan lokal. Sungguh sangat membahagiakan bagi semua pihak yang terlibat. Semua bekerja dengan hati gembira, hasilnya adalah produk-produk kreatif, unik, berjiwa, yang siap ’’membethot sukma’’ para pelanggan eksis dan pelanggan potensial. Bukan hanya di domestik, tapi juga di manca negara. Produk kami pun berkibar mengharumkan nama Indonesia. Andaikan duit saya sebanyak milik Gayus Tambunan, uang miliaran itu tak mungkin menganggur, apalagi hanya menyesaki almari di rumah, tanpa tahu mau digunakan untuk apa. Sambil menjalani mujijat-Nya, sebagai ungkapan syukur atas karunia kepercayaan sang Pencipta yang berkenan menitipkan semua itu, saya akan terus menyeimbangkan tubuh, jiwa, pikiran saya, untuk terus berkarya, berkarya, dan ber-karya. Produktif bermanfaat dan menjadi saluran berkat bagi banyak orang. Selama masih dipinjami waktu. Purnomo lman Santoso-EI Villa Aster II Blok G No 10 Srondol, Semarang 50268